Struggling dalam belajar berkeluarga adalah hal yang wajar. Apalagi sebagai perempuan, kita menjalankan banyak peran.
Ya bekerja, ya mengatur keluarga, ya mengurus anak.
Tepuk pundakmu sendiri karena kamu sudah berhasil mempelajari hal-hal yang setara puluhan SKS dalam waktu singkat! We should be proud of ourselves!
Jika ditanya apa yang terberat dari semuanya, dalam kasus saya yang paling menantang adalah belajar mengatur keuangan.
Terbiasa rem blong gas pol dalam bekerja ternyata juga tercermin dalam hal mengatur keuangan. Kebiasaan buruk yang sedang berusaha saya ubah adalah karena sudah merasa bekerja, I DESERVE untuk spending. Padahal OH BABY YOU ARE NOT
Thanks God saya dipertemukan dengan suami yang sangat menghargai uang. Berbeda dengan saya, he is willing to document every penny he earned. Setiap pengeluaran pun dia pikirkan matang dan cerdas mencari pilihan paling ekonomis. Ini beneran yang sebelum beli sesuatu dia bisa riset lamaaaa untuk membandingkan beberapa barang. Kalau saya sih ya pengennya apa, dibeli deh. Biasanya tergoda karena urusan warna. Hehehe.
Nah, ini adalah beberapa take aways yang saya pelajari baik dari suami, baca buku dan follow IG literasi keuangan. Basic tapi perjalanan awal #InsyafKeuangan ini butuh usaha keras untuk menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
Spend less than you earn
Berapa banyak uang yang boleh dihabiskan dari gaji? Versi saya yang dulu akan bilang OH TENTU SEMUA karena itu hasil kerja kerasku hohoho. Jyaaannnn sungguh oon memang.
Tapi sekarang kasusnya berbeda dooong. Ada asisten yang perlu digaji. Ada persiapan untuk sekolah pun dana darurat Kimi. Apalagi sebagai entrepreneur yang pemasukannya bisa naik turun. Mamam deh tuh kalau masih mengikuti hasrat.
Bukan berarti harus pelit tapi realitanya memang kita seharusnya mengeluarkan uang kurang dari apa yang kita peroleh. Ini prinsip pertama yang mulai saya coba terapkan. Caranya? Sampai saat ini saya berusaha langsung membayar kewajiban setelah dapat uang gaji. Untuk urusan berbahagia alias pengeluaran tersier bisa ditunda sampai akhir bulan.
Create an emergency fund immediately
Buat yang sudah berkeluarga keberadaan emergency fund itu penting banget. Anak sakit, suami atau istri sakit, keluarga lain yang tertimpa musibah di tempat jauh atau yang terburuk seperti suami atau istri kehilangan pekerjaan setidaknya bisa di-cover sementara dengan emergency fund.
Yang belum berkeluarga dan belum memiliki tanggung jawab anak atau suami-istri tetep penting mempersiapkan emergency fund karena kita nggak akan tahu hal apa yang akan terjadi esok hari. Mungkin sakit, mungkin musibah lain pada diri sendiri atau orang-orang terdekat kita atau mungkin tiba-tiba dilamar dan butuh dana untuk menikah, who knows, kan?
Keberadaan dana darurat baru saya coba jalankan dua bulan ini dengan memanfaatkan sistem auto debet. Karena kalau tidak tentuuuu tidak akan terkumpul.
Personal finance is 20% knowledge and 80% behaviour (Dave Ramsey)
Ini bener banget!!
Belajar ilmu mengatur keuangan tapi urusan belanja masih nggak bisa diatur tetep nggak ada gunanya. Urusan mengelola keuangan adalah urusan mengendalikan kebiasaan go food kopi susu setiap hari, belanja baju lucu di Mothercare buat Kimi atau beli printilan nggak jelas yang akhirnya tak terpakai.
Seberapa banyak uang yang dihasilkan dari kerja keras, seberapa banyak passive income yang masuk setiap hari, kalau perilaku nggak diubah maka pemasukan tetep akan habis nggak bersisa.
Akhir pekan kemarin saya merasa baju rumah Kimi sudah hampir habis masa berlakunya. Kebanyakan udah kayak lontong kalau dipakai. Alih-alih ke baby shop kami malah ke Pasar Beringharjo buat cari daster. Murah, adem dan tetep lucu kok dipakai Kimi.
Last but not least….income does not determine your wealth
Kasus keluarga kami cukup unik. Karena perbedaan usia akan ada satu masa suami bisa tidak bekerja. Dan kalau menurut hitungan manusia masa itu bisa tiba ketika Kimi sedang butuh-butuhnya banyak biaya. Lain kali yaaa dibikin post khusus untuk ini.
Scarry? YES.
Tapi kami tetap optimis karena Tuhan pasti punya jalannya. Dan semua bisa diusahakan dari sekarang kok 🙂
So we choose to be wealthy (to FEEL wealthy) dengan apa yang kami punya sekarang.
Rumah kami nggak besar-besar amat, tapi kami merasa cukup. Sebab dengan rumah yang imut ini kami bisa menabung lebih banyak.
Mobil juga cukup satu aja. Dengan beli bensin cuma di satu mobil jadi ada uang ekstra untuk liburan dan staycation.
Tas branded? Barang branded? Sementara ini kami nggak punya. Semua dipilih berdasar fungsi. Bukan merk. Karena hasutan suami saya juga hijrah dari iPhone ke Xiaomi dan ternyata oke-oke aja, urusan pekerjaan tetap bisa di-handle dengan baik. Tinggal PR-nya laptop nih. Belum bisa move on dari Apple huhuhuhu.
Yang kami masih gas pol adalah jajan. Karena jajan adalah pelepas penat, penambah semangat. Yang satu ini gak papa deh….tetap diadakan.
Itu tadi perjalanan awal #InsyafKeuangan yang sedang saya jalani. Goalnya sederhana. Menciptakan tabungan untuk kami sekeluarga. Supaya nggak deg-degan ketika terjadi apapun dimasa depan.
Kalau kamu, apa yang kamu lakukan untuk #InsyafKeuangan?