Melahirkan Kimi di JIH

Tidak terasa sudah hampir 3 bulan sejak Kimi lahir. Hiruk pikuk menjadi Ibu baru membuat blog ini sempat terbengkalai. Untuk memulai lagi saya ingin bercerita tentang proses kelahiran Kimi pada 2 Agustus lalu. Sebelum memutuskan lahiran di mana dan dengan dokter siapa saya juga googling-googling dan membaca pengalaman orang lain di blog. Jadi semoga postingan ini juga bisa jadi referensi teman-teman lain ya!

 

Memilih dokter kandungan

Ada beberapa pilihan yang disodorkan pada saya sejak tahu hamil. Pertama, kontrol rutin di bidan atau di dokter spesialis kandungan. Karena alasan kenyamanan pilihan kedualah yang saya ikuti dengan rutin. Saya memeriksakan kandungan satu bulan sekali hingga usia 36 minggu kehamilan. Dari usia 36 minggu jadwal kontrol berubah jadi dua minggu sekali. Di usia 38 minggu kontrol berubah ke satu minggu sekali.

Karena masih newbie dalam urusan perhamilan saya sempat safari dokter ke beberapa rumah sakit. Coba dokter yang senior eh kurang sreg karena beliau bahkan tidak mau mengoperasikan mesin USG. Saya dirujuk ke dokter radiologi masak. Kan gimanaaaa gitu ya?

Lalu dokter kedua, dokter dengan reputasi gentle birth yang oke. Dokter kedua ini santai banget, nggak pernah ngelarang apapun. Tapi akhirnya saya hanya kontrol 2 kali ke beliau karena suami lebih nyaman kalau dokternya perempuan. Ini alibi juga sih biar dia bisa cuci mata setiap menemani kontrol. 

Pilih sana-sini cap cip cup cip cap jatuhlah pilihan ke dr. Mitta Prana di JIH. Selain memenuhi kriteria suami (perempuan) dr. Mitta juga komunikatif, nggak banyak larangan.  Saran-sarannya sesuai sama saya. Seperti kalau jalan-jalan ke mall aja (secara waktu hamil gampang banger kepanasan kan), tetap boleh minum kopi asal secukupnya dan banyak saran lainnya. Setiap kontrol juga didengarkan dengan baik keluhan-keluhannya. USGnya pun telaten tidak terburu-buru. Karena merasa klik maka saya pun mantap melahirkan dengan beliau nantinya. Oh iya, satu hal yang juga membuat saya klik dengan dr. Mitta adalah dukungan beliau untuk melahirkan dengan normal dengan sedikit intervensi medis. Beliau dengan sabar menjelaskan bahwa sebaiknya persalinan dengan epidural tidak dilakukan di kehamilan pertama. Saat Kimi belum lahir hingga lewat HPL beliau juga memberikan waktu menunggu sebelum memutuskan mengambil tindakan induksi.

 

Proses memilih rumah sakit

Kenapa memilih rumah sakit? Bukan rumah bersalin atau klinik bidan? Karena jika dalam proses persalinan terjadi kondisi gawat darurat maka segera bisa tertangani dengan baik. Selain itu kemungkinan LDR-an dengan suami saat melahirkan membuat saya merasa lebih tenang melahirkan di rumah sakit.

Kriteria untuk memilih rumah sakit yang jadi prioritas adalah:

  1. Pelayanan persalinan yang baik
  2. Tenaga kesehatan yang suportif
  3. Fasilitas
  4. Jarak yang dekat dari tempat tinggal
  5. Rumah sakit ter cover asuransi kantor

JIH masuk pilihan karena lokasinya yang dekat dengan rumah orangtua (saya memilih menetap di rumah orangtua sejak 2 minggu sebelum HPL) dan JIH juga bekerjasama dengan asuransi kantor suami. Jadi mudah, tinggal gesek kartu saja.

Dari beberapa rumah sakit yang saya datangi JIH juga salah satu yang pelayanannya cepat. Bisa book beberapa dokter via Whatsapp atau aplikasi. Sayang dokter Mitta sudah terlalu laris jadi harus ambil antrian di hari H daftar. Staf-stafnya juga taktis, cekatan dan cepat dalam pelayanan. Kalau ada yang nggak jelas saya tinggal telepon dan semua terjawab. Untuk kalian yang lebih ingin kepastian bisa juga ambil program Pregnancy Club. Yang cukup oke dari program ini adalah kalian bisa mendapatkan kepastian kamar dari H-3 sampai H+3 HPL. Selain itu ada fasilitas free senam hamil, breast massage dan pijat bayi. Lumayan dong ya? Cukup bayar Rp 1.500.000,00 saja (yang nantinya akan dipotongkan ke biaya total melahirkan) maka hati sudah lebih tenang.

Oh iya, selama hamil sampai sudah ada Kimi saya juga memanfaatkan fasilitas preferred lounge di JIH. Preferred lounge ini sebenarnya ruang tunggu yang lebih nyaman. Di sana kita bisa makan, minum dan yang jelas lebih tenang untuk bayi. Selain itu rasanya lebih aman karena Kimi tidak harus bercampur dengan bayi sakit lainnya ketika diajak imunisasi.

Dear JIH, please dong bedakan ruang untuk bayi sakit dan bayi sehat di poli anak. Nggak lucu dong kalau anak sehat dibawa vaksin eeeh pulangnya sakit ketularan anak lain 😦

 

Review JIH selama proses melahirkan

Saya masuk ke IGD JIH jam 00.00 pada 2 Agustus. Dokter pertama yang menangani saya masih muda tapi tanggap dan menenangkan.

“Dari jam berapa Bu rembesnya ketubannya?”

“Setengah jam lalu”

“Oh tidak apa-apa. Masih baik sekali kok Ibu langsung datang.”

“Kontrolnya ke dokter siapa Bu? Kontrol di JIH?”

“Ke dokter Mitta.”

“Oh baik saya konsulkan dulu ya.”

Plus semua ditanyakan dengan senyuman. Setelah itu saya dengar dokter umum ini menelepon dan konsul ke dokter Mitta via telepon. Tidak sampai 1 jam saya sudah dirujuk ke bangsal Ibu dan anak untuk diobservasi di ruang perawatan. Paling tidak saya tidak harus lama menunggu di IGD yang bisa bikin makin stres.

Nah, di titik ini saya merasa untung ikut pregnancy club. Dari awal saya dan suami memilih kamar VIP B saat melahirkan nanti. Eeeeh ndilalah kok VIP B penuh. Untung sudah ikut pregnancy club jadi dengan cuma-cuma untuk malam itu kamar di upgrade ke VIP A. Walau pada akhirnya kami tetap tinggal di VIP A karena kamar VIP B yang tersisa dirasa terlalu bising untuk Kimi yang kagetan tapi lumayan lah hemat 1 malam bayar VIP B dapat kamar VIP A. Uangnya bisa buat beli lap iler Kimi, LOL.

Perawat dan bidan di JIH juga informatif. Sedari awal dijelaskan bahwa VT akan dilakukan 4 jam sekali. Semua obat dan infus juga dijelaskan fungsinya. Pun ketika akhirnya diketahui HB saya rendah (ini salah saya sih menjelang lahiran makannya nggak teratur plus stres kerjaan. Juga nggak kepikiran untuk periksa juga. Dodol emang, jangan ditiru ya.) bidan dengan tenang menyodorkan surat kesediaan transfusi darah tanpa menakut-nakuti. Dijelaskan kalau ini hanya disiapkan jika kondisi terburuk terjadi.

Nah, kesabaran provider teruji sempurna saat proses melahirkan di VK. Karena diinduksi saya sudah masuk VK dari bukaan dua. Harus cek DJJ terus soalnya. Di sini cukup terasa kalau bidan-bidan di JIH suportif dan nggak galak. Waktu hampir menyerah di bukaan 8 Bidan Citra (shout out to you! Baik banget orangnya, suportif!) menyemangati untuk menahan sebentar lagi. Sayang kalau minta SC padahal udah sakit lama. Iya juga sih, tapi waktu itu emang pengennya nyerah aja :))  J

Saat pembukaan sudah lengkap dokter Mitta pun cepat datang. Sigap memandu dengan sabar. Walaupun ada drama sedikit. Jadi ada dua pasien dokter Mitta yang melahirkan di saat bersamaan, tentu saja salah satunya saya. Jadi dokter harus bolak-balik di waktu yang kritis. Tapi secara keseluruhan dokter Mitta dan bidan-bidan JIH oke banget sih.

Kesimpulannya?

Melahirkan di JIH cukup memuaskan. RS ini memikirkan hal yang gak dipikirkan RS lain. Semisal makanan untuk penunggu dan paket newborn foto. Yang kedua gimmick marketing sih, tapi lucu kok hahaha. JIH juga kooperatif dengan upaya ASI eksklusif. Saya sama sekali gak ditawarin sufor, gak dilarang IMD, dokter pun mendukung ASIX. Untuk harga dengan fasilitas dan kemudahan yang saya rasakan menurut saya sepadan kok. Mahal atau murah relatif lah ya sesuai kebutuhan 🙂

Semoga siapapun yang sedang mencari info melahirkan dan terdampar di blog terbantu ya. Good luck for your new journey!

3 thoughts on “Melahirkan Kimi di JIH”

  1. dedek Kimi lucu banget mbaaaa! gemesh ih pipinya luber kemana-mana ❤ sehat terus ya, dek. semoga selalu menjadi anak kebanggaan Ayah-Ibu nya. doa terbaik untuk little princess-nya Mbak Monik dan Mas Erry pokoknya! luvvv :*

Leave a comment