Lepas Menikah

Hi! Terakhir kali menulis di sini unggahan yang saya terbitkan adalah prosa pengingat untuk terus menemukan cara jatuh cinta, se-ngehek apapun keadaannya. Kali ini ijinkan saya berbagi soal apa yang dialami beberapa saat belakangan ini, betapa hidup berubah dengan cepat seperti sedang masuk program akselerasi.

 

Akad dan Resepsi

monik-erry-wedding-day-3

Persiapan pernikahan yang saya jalankan sebenarnya bisa terbilang singkat. Kami deal untuk menikah selepas Lebaran, sekitar bulan Juli. Awalnya saya ingin acara yang sederhana — kalau perlu akad saja di bulan September, biar sama dengan ulang tahun Mas Erry. Setelah berdiskusi dengan keluarga ternyata pernikahan memang bukan cuma acaranya mantennya, tapi juga acara orangtua. Diputuskanlah akad dan resepsi digelar di bulan November dengan pertimbangan kesibukan seluruh anggota keluarga sudah mulai berkurang di bulan itu.

Dari bulan Juli sampai Agustus saya mulai hunting vendor dan venue. Konsep pertama yang ada di otak adalah outdoor rustic. Beberapa venue sudah dikantongi dan sudah hampir mantap, sebut saja Kalyana Resort dan outdoor venue Jogjakarta Plaza Hotel. Lho kok milihnya hotel bukan gedung? Iya, jadi pada dasarnya saya dan Mas Erry itu males ribet. Keluarga kami pun tidak punya waktu pun energi untuk mengurusi banyak printilan. Hemat saya, kalau venue sudah di hotel paling tidak parkir tidak usah mikir, katering juga, WO pasti sudah ada.

monik-erry-wedding-day-4

Berbekal hasil survey, presentasilah saya di hadapan Ibu. Beliau mengingatkan kalau bulan November itu musim hujan jadi lebih baik pilih venue di indoor saja. Selain itu beliau juga bilang kalau sebenarnya kurang sreg kalau di hotel karena takut kateringnya tidak enak. Baiklah, karena sudah sepenuhnya sadar ini tidak bisa jadi acara egois maka saya menuruti keinginan Ibu dan akhirnya venue ditentukan di Auditorium Perwacy yang merupakan salah satu gedung baru di pinggiran kota. FYI, gedung ini baru kami DP di bulan Agustus. Kalau dipikir sekarang agak-agak bikin merinding ya. Tapi waktu itu saya santai-santai saja hehe.

Sembari berproses mencari venue, alhamdulillah sudah bisa deal dengan beberapa vendor lain. WO untuk hari H saya pasrahkan ke LanuAmour dengan alasan Mbak Mila (Mbak WO-nya) nampaknya bisa cocok dengan keluarga saya. Moon Photo untuk dokumentasi karena mood fotonya nggak lebay. LINE Pictures untuk video atas rekomendasi teman-teman di Moon Photo.

monik-erry-wedding-day-157

Larasati Salon untuk vendor make up saya temukan di waktu yang mepet dan sudah agak hopeless karena seluruh MUA heits sudah penuh. Alhamdulillahnya waktu itu setelah ditolak di salah satu rumah rias hits Jogja, iseng-iseng saya telpon Larasati dan ternyata mereka masih available. Langsunglah hari itu juga saya mampir dan segera DP untuk lock tanggal. Seluruh vendor ini dipilih menggunakan feeling dan kepo Instagram saja. Alhamdulillahnya sungguh Allah permudah seluruh proses dengan mempertemukan kami ke vendor-vendor yang baik, suportif dan sungguh gercep.

Vendor katering dan souvenir sepenuhnya saya serahkan ke Ibu karena beliau yang lebih oke di teritori ini. Akhirnya katering akad dipercayakan ke Simak Catering yang kebetulan milik Tante. Sementara katering resepsi di-handle Al Buruuj Catering yg ownernya, Mas Habibi, baik sekali datang sendiri ke technical meeting dan menunggui sepanjang resepsi. Vendor undangan saya percayakan ke Papermint Wedding. Untuk vendor yang satu ini saya no comment deh. Bagus hasilnya, tapi pelayanannya kurang memuaskan. Yang mau tahu cerita lengkapnya bisa email atau japri saya langsung saja ya.

Karena alasan jumlah tamu, kami memutuskan membagi acara menjadi 2 hari. Hari Jumat, 10 November digunakan untuk akad di rumah. Minggu, 12 November barulah resepsi dilaksanakan. Tapi rencana hanya rencana. Jumlah tamu diperkirakan membludak karena kerabat-kerabat dari Klaten disinyalir datang. Akhirnya beberapa jam sebelum akad diputuskan kalau hari Sabtu tetap ada acara di rumah khusus untuk kerabat-kerabat di Klaten. Yeah, ini memang pernikahan penuh improvisasi.

monik-erry-wedding-day-120

Menyelenggarakan acara selama 3 hari jelas melelahkan. Tapi sungguh kufur nikmat sekali jika sampai mengeluhkan banyaknya tamu yang datang, yang jelas-jelas hanya ingin mendoakan. Terutama kerabat dari Klaten yang datang jauh-jauh pakai 3 odong-odong. Iya, mereka naik odong-odong dari lereng Gunung Merapi!

Dalam 3 hari itu rasanya keluarga kami, saya dan Mas Erry seperti diguyur berember-ember cairan cinta yang hangaaaat sekali. Kami bersyukur sekali banyak yang sayang, banyak yang mendoakan, saudara-saudara membantu dengan ringan, banyak saudara yang datang dari beberapa hari sebelumnya dan menginap bermalam-malam lamanya untuk membantu. Bahkan Kakak yang dari Abu Dhabi pun datang di menit-menit terakhir setelah berhasil merayu bosnya. Satu hal yang saya ambil dari proses menikah kemarin.

Pernikahan bukan cuma tentang perayaannya, tapi pernikahan mengingatkan kita pada bagaimana kelak harusnya bersikap sebagai sebuah entitas keluarga. Hal yang kami pelajari dengan mata kepala sendiri saat melihat saudara-saudara lain yang ringan membantu kami.

Alhamdulillah, akad dan resepsi berjalan lancar. Mohon doa selalu bagi Mas Erry dan saya supaya kami bisa membangun keluarga yang humanis, humoris dan sakmadya ya 🙂

 

The Unplanned Blessing

Awalnya kami merencanakan untuk jalan-jalan ke Lombok selepas acara. Tapi dasarnya Mas Erry terlalu safety, dia memasukkan pertimbangan cuaca yang hujan terus dan Erupsi Gunung Agung sebelum mengambil keputusan beli tiket dan pesan akomodasi. Merasa kalau main ke pantai malah bisa kurang maksimal karena bisa hujan terus, akhirnya kami jalan-jalan sesuai kata hati saja.

Hari Selasa tanggal 14 November kebetulan saya diminta untuk sharing dengan Dewan Riset Daerah di Solo. Malamnya kami menginap semalam di Solo. Saat sudah sampai di Solo, kami ngobrol gimana kalau sekalian saja jalan-jalannya dilanjutkan mumpung masih cuti. Cari tiket, cari hotel, besoknya mobil kami titip di Stasiun Balapan untuk melanjutkan perjalanan naik kereta ke Malang.

IMG-1290

Sesampainya di Malang kami dijemput supir yang sebelumnya sudah biasa mengantar saat saya dinas ke Malang. Kami memutuskan carter mobil saja 3 hari dengan alasan hotel dan aktivitas akan banyak di Batu, repot kalau tidak ada kendaraan.

Tiga hari di Batu, Malang, kami ditemani hujan dan cuaca yang sakpenake dhewe (seenaknya sendiri). Habis panas bisa tiba-tiba hujan. Hujan lamaaaa dan dingin, eh bisa dalam sekejap terang. Mungkin karena faktor absurdnya cuaca ini juga sepulang dari Malang saya malah diare hebat dan demam. Sehari bisa 20 kali. Alhasil harus nambah ijin sakit 2 hari alias extend cuti.

unnamed (1)

Diare sepulang dari Malang hanya saya anggap salah makan atau kecapekan saja karena badan yang tidak fit disebabkan kondisi cuaca. Sempat ngotot mau ngantor, yang ada saya malah muntah-muntah di jalan. Akhirnya Mas Erry menelepon ke HRD kantor untuk meminta ijin kalau saya belum bisa masuk segera.

Siang itu Mbak Indah, HRD Hipwee tiba-tiba WA. Karena teler seharian WA-nya baru saya baca keesokan harinya.

“Buuu…cek kali Bu. Itu muntah apa muntah? Lu kan udah nggak single lagi…..”

MEH. Yakali cek, orang diare kok suruh tes kehamilan. Begitu pikir saya. Hidup kemudian berjalan seperti biasa, badan sudah mulai membaik dan sudah bisa masuk kantor lagi. Horay! Udah kangen ngantor.

Beberapa hari setelah masuk kantor, jadwal menstruasi saya sebenarnya masih 5 harian lagi. Tapi entah kenapa kok kepikiran terus perkataan Mbak Indah. Lagipula belakangan saya merasa payudara sakit terutama saat bangun pagi. Bukan seperti saat mau mens yang biasanya agak nyeri sepanjang hari. Selain itu bau parfum Mas Erry juga jadi menyengat sekali di hidung. Nggak enak! Padahal dulu suka banget bau parfumnya. Entah karena efek diare atau bukan saya juga sempat mual-mual nggak jelas. Nggak bisa makan apapun selain buah dan saladnya Pizza Hut. Yasudah, daripada penasaran test pack aja deh.

TP2

Hasil pertama test pack garisnya cuma kelihatan satu. Ya iyalah, pikir saya. Telat mens aja belum. Test pack saya letakkan di atas tutup kloset lalu saya tinggal mandi. Waktu mau dibuang lha kok ada garis kedua yang tipiiiis sekali ya? Buru-buru saya baca cara penggunaannya dan berkesimpulan kalau itu bisa jadi false positive karena sudah terlambat membaca. Waktu saya cerita ke Mas Erry dia juga bilang itu mungkin salah, ya sudah mari jalani hidup seperti biasa dan dilupakan saja.

Jujur, kami sempat berkeinginan menunda dulu punya anak. Alasannya karena saya harus sekolah Master dan pekerjaan Mas Erry membuatnya jarang di rumah. Kalau punya anak siapa yang ngurusin dong? Kucing? Tapi Tuhan selalu punya rencana yang jauh lebih baik dari rencana manusia.

Setelah berkotak-kotak test pack (yang saya beli terus karena penasaran), hasil beta HcG kuantitatif dan diteguhkan oleh hasil pemeriksaan dokter alhamdulillah saat ini kami hamil 6 minggu 2 hari. Kemarin cek dan di USG sudah terlihat kantung kehamilannya.

TP1

Sampai sekarang kami masih clueless sekali bagaimana nanti kehadiran bayi ini akan mengubah ritme hidup. Perhitungan rasional ala manusia sempat membawa kepanikan. Tapi saat mengingat banyak di luar sana yang berjuang mati-matian supaya bisa hamil, banyak pasangan yang merindukan anak — apa yang kami miliki ini sudah selayaknya disyukuri dan dijaga sebaik-baiknya. Tuhan pasti punya rencana. Kalau dikasih sekarang, insyaAllah kami akan dimampukan untuk menjaga baik-baik amanah ini. Mohon doanya ya 🙂
Lepas menikah hidup tidak berubah banyak ternyata. Rasanya masih seperti pacaran dengan bonus bisa check in kapanpun di manapun tanpa rikuh. Tidak perlu pusing lagi soal jam malam karena sekarang sudah pulang ke rumah yang sama. Agenda kencan bertambah ke supermarket dan ke dokter kandungan.

Hidup selepas menikah tidak akan selamnya nyaman, bisa ada riak-riak yang menguji kesabaran. Semoga, kami selalu diingatkan untuk bisa saling menjaga dan menguatkan.

 

Tabik!

3 thoughts on “Lepas Menikah”

  1. Aaaah selalu suka sama postingan mba Monik! 😍💙 Semoga sehat selalu ya, mba, calon dedek bayi, suami, dan seluruh keluarga. 😇

    Btw, saya jadi ikut baper nunggu masa-masa tersebut diatas 😆

  2. Mbak Monz, udah lama aku jadi silent reader di sini dan kali ini baru berani ngomen 😀 Udah sih mbak gitu aja isi komentarku ehe. Selalu syukak sama tiap kata yang Mbak Monz tulis. Ini beneran, bukan gimmick doang lho

    Luv, Duta Hemat Gerak Endonesiah ❤

Leave a comment