Apa Kabar Imanmu?

Biasanya seorang kawan akan bertanya dengan gamblang, “Apa kabar?”. Atau “Sedang sibuk apa?”. Pertanyaan sederhana dan amat biasa, bukan? Tapi tidak begitu dengan kawan saya yang satu ini. Pesan singkatnya kerap masuk. Awalnya memang bertanya “apa kabar?”. Dengan berbagai variasi tentunya, kadang ditambah embel-embel “Jeeng..apa kabar?”. Atau “Bebiiii…apa kabar?”. Bahkan pertanyaan terselubung soal kabar yang teramu dalam satu kata, “Kangeeen”. Biasanya saat pesan macam itu masuk, saya akan membalas dengan singkat, “Baik. Ayo kapan ketemu?”.

Tapi belakangan, ia tidak puas terhadap jawaban “Baik” atau “Ayo kapan ketemu”. Setelah menerima jawaban itu, ia akan mengajukan pertanyaan baru. Bunyinya begini, “Maksudku, apa kabar imanmu?”

Sempat sekali saya tercekat. “Bagaimana kabar imanmu?”. Pertanyaan yang dalam, bukan?

Image

Bagaimana kabar imanmu?
Kawan, sesungguhnya aku pun belum sepenuhnya tahu.
Apa iman itu?
Apakah berarti aku percaya tanpa tanya pada Ia yang satu?
Atau menyembah dengan tulus tanpa banyak keluh?
Iman kah kelak penyelamatku?
Harusah pula ia serasi dengan lingkunganku?
Bisakah kita bertemu di surga yang sama, dengan Tuhan yang tak serupa?

Bagaimana kabar imanmu?
Ia sedang berlari, kawan.
Mencari jalan ternyaman untuk membuatnya berjalan.
Imanku sedang gelisah.
Saat begini, ia tak pernah duduk diam.
Kadang aku berlari mengejarnya.
Namun tak jarang ia bergelanyut memberati kakiku.
Imanku sungguh tak kaku.

Bagaimana kabar imanmu?
Barangkali kini ia sedang asyik main petak umpet, membuat rumah-rumahan pasir, main gobag sodor dan badminton, kejar-kejaran dengan tetangga sebelah, bahkan mondar-mandir menunggu tukang siomay datang.
Ada waktunya ia lelah, berserah, berhenti, pasrah.

2 thoughts on “Apa Kabar Imanmu?”

  1. iman terkadang bisa diartikan seberapa sebagai jarak kedekatan kita dengan Tuhan. namun mengimani Tuhan menurutku tidak harus didasarkan pada agama tertentu. bertanya itu bagus, apalagi berusaha mencari tahu, dan benar-benar mencari. daripada hanya diam dan mengikuti, namun tidak sepenuh hati. susah memang.

    Rindu.

Leave a reply to aldooo Cancel reply